Pendidikan Indonesia


Pendidikan merupakan sarana menuju kesuksesan, serta meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, maju tidaknya suatu bangsa dapat dilihat dari kualiats pendidikan warganya. Pendidikan tidak hanya mengajarkan bagaimana kita memahami ilmu-ilmu dunia atau pelajaran /pendidikan formal yang hanya terdapat disekolah, melainkan juga pendidikan mencakup hidup dan kehidupan manusia/perilaku atau pendidikan moral. Berbicara rendahnya pendidikan dinegeri kita mungkin masih benar adanya.
Bagi masyarakat yang tinggal di kota, mungkin hal ini tidak terlalu dirasakan. Namun, bagi masyarakat pedesaan/pedalaman bahkan perbatasan, hal ini akan sangat jelas terlihat. Kurangnya sarana dan prasarana sekolah, kualitas tenaga pengajar, akses dari rumah ke sekolah, dan banyak lagi masalah lain. Ketika kita berbicara rendahnya pendidikan di Indonesia, itu terbukti dari beberapa warga Indonesia yang banyak menjadi tenaga kerja Indonesia/TKI/TKW. Mereka dikirim keluar negeri bukan karena memiliki banyak gelar, malah karena tingkat pendidikan mereka yang rendah. Para TKI/TKW ini rata-rata bekerja sebagai tenaga bantu untuk para orang-orang asing, tidak heran banyak saudara-saudara kita yang banyak dirugikan oleh pihak asing seperti  hak gaji tidak dibayar/ditunda, dianiaya, diperkosa dsb. Hal tersebut menunjukan dampak dari rendahnya tingkat pendidikan Indonesia.
Pendidikan juga menentukan tingkah/perilaku individu dalam bermasyarakat. Pendidikan moral dan agama lah yang lebih dominan dalam kita bersosialisasi. Krisis moral menjadi penyakit yang banyak di Indonesia. Mental koruptor, pengemis, tamak, serakah dsb masih melekat kepada orang-orang yang bergelar dan berpangkat. Mereka hanya mengejar pendidikan formal atau hanya mengejar gelar untuk menaikkan jenjang jabatan mereka semata. Kemudian terkait masalah moralitas bangsa ini, semua pihak masih kurang pendidikan ini, mulai dari yang miskin hingga yang berpangkat sekalipun masih banyak dan juga akan berdamapak terhadap para pemuda bangsa ini, yang dibebankan sebagai penerus cita-cita dan perjuangan bangsa.
Kemudian fenomena yang terbaru saat ini tentang dunia pendidikan kita adalah tentang pelaksanaan Ujian Nasional. Menurut saya pelaksanaan UN tahun ini boleh atau wajib kita mengatakan sangat kacau, carut-marut, pokoknya yang semau kalian ngomong apa. Mulai dari kesiapan pendistribusian lembar Soal dan jawaban yang telat, bukan 1 atau 2 jam, tetapi lebih dari itu berhari-hari dan dibeberapa wilayah di Indonesia ada yang harus di undur selama 7 hari kemudian, karena Ujian Nasional harus dilaksanakan secara serempak seluruh Indonesia. Apakah itu yang dinamakan Ujian nasional….? Menurut saya sendiri itu sudah bukan lagi UN, tetapi seperti latihan soal/try out. Berbicara kualitas kertas untuk lembar jawaban yang diinformasikan mudah rusak/sobek. Hal ini berbanding terbalik dengan rencana pemerintah yang akan menggunakan nilai UN untuk masuk seleksi Perguruan Tinggi negeri khususnya pada tahun ini. Pertanyaanya masih layak kah rencana tersebut harus direalisasikan tahun ini juga..? melihat bobrok nya pelaksanaan UN tahun ini. Masihkan system kelulusan seperti ini/UN akan dilaksanakan kembali tahun depan..? tentunya pemerintah harus mengevaluasi lagi pelaksanaan UN itu sendiri, mulai dari proses awal hingga akhir. Tahun ini pemerintah akan juga mengganti kurikulum ajaran. Ada baiknya pemerintah belajar dari pengalaman-pengalaman seperti ini untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membuat program hitung gaji dan lembur pada C++

Pirolisis Sederhana

Membuat Program Pilihan pada Pascal