Mawar Terakhir


Mungkin ini adalah perjuangan seorang anak remaja yang mungkin sangat menyentuh. Tegar adalah seorang anak remaja yang duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Tinggal disekitar penggiran kota yang kumuh, dengan kondisi ekonomi yang dibilang sangat kurang. Sang ayah yang merupakan seorang pedagang telah lama meninggal dunia akibat penyakit yang di deritanya. Tegar hanyalah dua bersaudara yang hanya memiliki adik laki-laki. Semenjak kepergian sang ayah, ibu tegar berjuang untuk dapat terus menghidupi kedua putra mereka. Bekerja sebagai buruh cuci dilakukan sang bunda mengingat mereka memang berekonomi yang sangat kurang. Ketika sang fajar masih mengintip dibalik gelap dan dingin nya pagi, sang ibu sudah bergegas dari satu rumah, kerumah lain demi untuk melakukan tugasnya. Rutinitas itulah yang terus dilakukan sang ibu setiap hari, yang mungkin dapat dikatakan tidak ada hari libur baginya. Sang adik yang masih balita selalu ikut dengan sang ibu, mungkin anak seusia dia belum bisa ditinggal-tinggal. Dengan pekerjaan yang berat, ditambah sang anak yang masih kecil, tidak jarang membuat sang ibu kelelahan. Namun baginya kehidupan adalah kehidupan, yang tidak perlu diratapi, tapi untuk dijalani dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, serta rasa bersyukur yang tidak berkurang.
Melihat kondisi keluarga nya yang pas-pasan, dan sang adik yang terbilang masih balita, Tegar berusaha untuk membantu meringankan beban kehidupan yang dipikul ibu nya seorang diri. Tegar anak yang biasa-biasa saja dalam bidang akademis, namun tekad dan kemauanya lah yang menjadi pembeda antara dia dan teman-temanya. Sebelum adzan subuh dikumandangkan, Tegar sudah lebih dulu bergegas dari tempat tidurnya karena dia harus mengantarkan Koran kepada para pelangganya. Pekerjaan tersebut selalu dilakukanya setiap hari sebelum berangkat sekolah. Dengan Menggunakan sepeda nya, Tegar dengan semangat melewati hari-hari nya yang sulit, maklum anak seusia dia sudah harus banting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Dengan bayaran 75 ribu dalam seminggu,  dia harus membagi-bagi uang tersebut untuk kebutuhan keluarganya dan ongkos sekolah nya. Sepulang sekolah, dia terkadang masih harus mencari kerja sampingan lagi, hingga petang baru ia kembali pulang.
Digubuk sedehana lah mereka berkumpul Pada malam hari, mereka semua bagaikan tak merasa seperti orang yang kekurangan, namun Mereka tidak memiliki mental pengemis sedikit pun,  yang hanya mengharapkan belas kasihan orang lain untuk mendapatkan uang. Kehangatan lah dan kasih sayang jika melihat mereka sedang berkumpul, keluarga kecil ini bak sebagai syurga dunia bagi mereka. Perjuangan, kebersamaan dan rasa syukur yang membuat mereka bahagia diatas kemiskinan materi dunia.
Sang ibu memiliki kesenangan terhadap bunga mawar putih. Suatu ketika saat sang ibu ingin membeli bunga tersebut, harus tertunda karena sang anak sakit yang memerlukan biaya tidak sedikit. Berbulan-bulan lamanya uang hasil mencuci disisihkan untuk membeli bunga. Dengan cinta kasih terhadap buah hatinya sang ibu rela melakukan apa saja termasuk untuk melihat anak nya lekas sembuh. Mengetahui hal tersebut, Tegar berkata kepada ibunya, ia berjanji akan membelikan sang ibu bunga tersebut, walau harus menunggu cukup lama. Berminggu-minggu dia bekerja dan mengunpulkan uang untuk sang ibu membelikan mawar putih. Tidak lagi mengenal kata lelah, hanya bekerja dan belajarlah dia isi hari-hari nya yang sulit. Bagaimana bisa anak seusia dia melakukanya…? Yaa itulah Tegar, sesuai namanya, hasil dari didikan keras sang ayah, dan kesabaran sang ibu. Hingga pada satu waktu uang tersebut tercukupi untuk membeli mawar putih untuk ibunya.
Dengan kondisi yang semakin renta, dan beban kehidupan yang semakin mencekik, sang ibu jatuh sakit. Demam tinggi yang diderita ibu tidak turun-turun dalam beberapa hari. Lagi dan lagi Tegar bingung harus bagaimana, biaya berobat sangat mahal baginya ditambah untuk membelikan sang ibu mawar putih. Saat ini Tegar hanya merawat sang ibu dirumah, dengan air kompresan dan obat yang semampu dia beli serta doa,  dia berharap semoga allah mengangkat penyakitnya dan memberikan kesehatan untuk ibunya.  Membuat kan makanan untuk sang ibu, mencuci pakaian, megurus sang adik dan masih banyak pekerjaan ibu yang Tegar gantikan terutama setelah dia pulang sekolah. Seperti tidak mengenal kata lelah hampir semua dilakukan selama sang ibu sakit. Melihat hal tersebut sang bunda merasa sangat bersedih, dan selalu menyuruh Tegar untuk istirahat saja jangan terlalu capek. Namun cinta dan bakti nya kepada sang ibu yang menjadi penyulut semangat untuk mengerjakan semua nya. Terus-menerus Melihat kesabaran dan keuletanya menjadi motivasi untuk sang ibu pun berfikir harus segera bangkit dari sakitnya. Tegar pun semakin semangat melihat perkembangan kesehatan sang ibu, dan dia menjanjikan akan membelikan mawar putih esok hari.
Seperti biasa, ketika sang fajar masih belum menampakkan sinarnya, Tegar sudah berangkat meloper Koran dan bersekolah, dengan mengayuh sepeda kesayanganya yang selalu menemaninya setiap hari. Uang yang dikumpulkanya untuk membeli mawar putih pun dibawanya dengan niat sepulang sekolah dia akan membelinya. Bell pulang sekolah berdering, Tegar dengan semangat bergegas keluar kelas dan menaiki sepedanya untuk membeli mawar puith. Sangat kencang dia mengayuh sepeda nya hingga sampai pada toko dimana dia akan membeli nya. Sesegera dia mencari bunga tersebut, namun dalam pencariannya dia juga berfikir untuk membelikan mawar merah. Mungkin banyak orang bilang arti dari mawar putih itu adalah tanda kesetiaan dan mawar merah adalah tanda cinta dan kasih sayang. Hal itu lah yang ada dibenak Tegar ketika akan membeli keduanya. Bahagia bukan kepalang, dua mawar telah ada ditangan, mawar merah dan putih. Dikayuh nya sepeda dengan kencang, karena sangat bahagianya Tegar.
Namun kedua mawar itu pun jatuh dari genggaman Tegar. Ditengah perjalanan, Tegar mengalami kecelakaan, dia tertabrak mobil ketika sedang perjalanan pulang. Terbentur kepala Tegar di pinggir trotoar seketika saat tertabrak mobil. Polisi yang ada dijalan segera mengevakuasi Tegar serta membawa kedua mawar yang dibelinya tadi. Sang ibu yang berada dirumah, sudah sehat dan sedang menanti kehadiran putranya itu dari sekolah, namun yang hadir adalah para polisi yang datang kerumahnya dan mengabarkan berita ini.
Nyawa Tegar tak tertolong akibat luka dalam pada kepalanya.  Inilah Mawar terakhir yang menjadi kenangan sang buah hati. Tetesan deras air mata sang ibu dan sang adik membasahi kening dan wajah Tegar, sambil sang ibu memegang kedua mawar dihadapan sang anak yang terbujur kaku. Semua kenangan sang buah hati tertumpah pada kedua mawar tersebut, mawar yang dibelinya dengan rasa cinta kasih sayang dan kesetiaan pada sang ibu, yang tersimbol dari kedua mawar tersebut, mawar merah, dan mawar putih.
Sekarang kita bercermin pada peristiwa ini, dari seorang anak yang benar-benar berbakti pada orang tuanya atau ibunya, rasa cinta kasih sayang dan kesetiaan nya. Bagaimana dengan kita…? Masih kah kita lebih mencitai orang lain dibanding orang tua kita sendiri yang susah banting tulang untuk menghidupi kita para anak-anaknya, membuang kepercayaan yang diberikan orang tua ketika kita dipercaya menuntut ilmu, menyianyiakan waktu kita untuk berbakti dengan membantah dan melawan orang tua sendiri. Menangis karena kekasih yang belum tentu menjadi istri/suami kita kelak yang hanya akan membawa kesiasiaan. Menangislah dihadapan tuhan mu untuk berdoa dan mendoakan orang tua kita jauh lebih berkah dan bermanfaat.
Pikirkan dan renungkan, jangan sampai menyesal ketika waktu yang harus memisahkan kita dari sumber keberkahan hidup ini, entah kita sebagai anak yang harus pergi dahulu meninggalkan orang tua kita, atau orangtua kita dahulu yang akan meninggalkan kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membuat program hitung gaji dan lembur pada C++

Pirolisis Sederhana

Membuat Program Pilihan pada Pascal