Memaknai Arti dari Kecerdasan Intelektual
Sejarah dimulai ketika manusia pertama menginjakan kakinya
dimuka bumi. Peradaban atau sejarah manusia menurut para ahli barat, mereka
berevolusi yang katanya manusia itu berpostur atau awal nya seperti kera, lalu ber
evolusi sehingga menjadi seperti manusia seutuhnya sampai saat ini. Namun saya
pribadi tidak sependapat dengan teori ini, karena menurut pemahan yang saya
yakini yaitu manusia pertama yang ada di bumi adalah Nabi Adam As. Perkembangan manusia semakin cepat dan pesat,
dan diperkirakan sampai saat ini jumlah atau populasi manusia mencapai kurang
lebih 6 milyar jiwa. Namun dalam hal ini saya tidak membahas tentang
pertumbuhan manusia, namun memaknai atau memahami arti kecerdasan intelektual
yang dimiliki manusia sebagai sebuah anugerah dari yang maha kuasa.
Di Indonesia tidak sedikit para pejabat dan para pemimpin
hingga para penegak hukum sekalipun yang terjerat kasus korupsi. Negeri ini
dijadikan sebuah kandang dengan banyak pintu keluar, dimana para pelaku selalu
menggunakan kecerdasan IQ nya untuk membual dan membuat berbagai alibi dan
fakta-fakta buatan yang berlabel “Made In Koruptor”. Label ini lah yang terus
dijual kepada para generasi muda di negeri ini, karena selepas kepemimpinan
presiden Soekarno, korupsi seperti kanker yang terus menjalar kesemua sudut
tubuh bangsa ini. Dengan itu pula kita dapat menyaksikan langsung parody dari
sebuah pertunjukan orang-orang yang cerdas yang di kemas dengan sifat manis,
peduli, kepahlawanan, tegas dan lain-lain. “BOHONG” mereka jika seperti itu
dalam kenyataan, mereka tidak lah lebih dari para perkumpulan pemain protagonis,
yang selesai cerita, langsung dibui. Bagaimana cerdasnya mereka menggabungkan
dua kecerdasan sekaligus, itulah yang dikatakan manusia lebih buas dan ganas
dari Hewan sekalipun dan lebih hina dari Syaitan, sikut kanan, sikut kiri,
fitnah sana sini dan masih banyak lagi cara-cara yang cerdas namun tak beradab
untuk memenuhi ambisi para penjahat yang bermentalkan lebih rendah dari gembel
dan pengemis sekalipun.
Kebuasan dan keganasan hewan buas sekalipun tak mampu
menandingi kecerdasan manusia, ketika manusia yang cerdas & intelek
menggunakanya untuk kepentingan dan keegoisan masing-masing. Banyak yang
mengatakan bahwa orang yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ) tinggi pasti
akan sukses dan memiliki masa depan cerah, Sedangkan bagi sebagian orang yang
memiliki IQ biasa saja atau cenderung rendah maka akan susah hidupnya dimasa
depan. Mungkin ini adalah fenomena sebagau mitos yang terjadi di tengah
masyarakat. Dalam dunia pendidikan Mitos ini diperkuat oleh fakta bahwa
biasanya siswa atau pribadi yang memiliki IQ tinggi akan berada pada titik prestasi
akademis yang bagus. Dalam dunia kerja, mereka akan memperoleh pekerjaan yang
menjanjikan selepas dari perguruan tinggi, terlebih jika banyak perusahaan yang
bekerjasama dengan perguruan tinggi tertentu untuk merekrut para lulusan
terbaiknya. Fenomena inilah yang kemudian memperkuat persepsi dan citra di
kalangan masyarakat luas bahwa orang yang ber-IQ tinggi akan memiliki masa
depan cemerlang dan kehidupan mapan tentunya.
Dalam sejarahnya di Paris, pada tahun 1905 Alfred Binet yang
seorang psikolog menemukan metode/IQ atau Kecerdasan intelektual yang umum
dikenal sebagai Test IQ ditengah masyarakat. Pada saat itu untuk pertama
kalinya diujikan, orang yang mendapat angka di bawah 50 berarti dia bodoh, 90
-110 berarti kecerdasannya normal seperti yang dimiliki oleh 48% penduduk
seluruh dunia, dan oang yang mempunyai IQ di atas 140 termasuk jenis manusia
genius.
Pada tahun 1995, Daniel Goleman meruntuhkan mitos tersebut
dengan ditemukannya teori Kecerdasan Emotional (EQ) melalui buku Emmotional
Intellegence, Goleman telah berhasil mengubah paradigma masyarakat dunia yang
selama ini mendewa-dewakan IQ. Berdasarkan survey dan riset yang telah
dilakukannya terhadap orang-orang sukses di dunia (Emotion Quotion Inventory),
didapatkan fakta bahwa IQ hanya menyumbang 20 % terhadap kesuksesan seseorang.
Sementara 80 % disumbangkan oleh faktor-faktor kecerdasan yang lain.
Kecerdasan Emosional (EQ) adalah adalah kecerdasan seseorang
untuk dapat memahami diri sendiri dan orang lain dengan baik, kemudian
menggunakan pemahaman tersebut untuk membuat tindakan strategis. Orang yang cerdas
secara emosi, akan mengetahui kondisi dirinya sendiri dengan baik. Dia paham
potensi, minat, bakat, kekuatan dan kelemahan dirinya. Dia juga dapat
mengendalikan emosi dirinya, luwes dan terbuka dalam menghadapi perubahan.
Disamping dapat mengenal dan menguasai dirinya dengan baik, orang yang cerdas
secara emosi juga dapat memahami orang lain dengan baik pula karena biasanya dia
memiliki kecakapan sosial yang bagus. Orang yang ber-EQ bagus biasanya adalah seorang yang
memiliki kepribadian menarik, ramah, sopan, santun, dan mampu merebut perhatian
serta simpati orang-orang disekitarnya. Kepribadian seperti inilah yang
menyebabkan dia dapat sukses dimanapun berada. Tetapi sangat disayangkan jika kecerdasan emosional tersebut
dilakukan tanpa diiringi keikhlasan, hanya sebagai topeng untuk merebut ambisi
pribadi. Jika kita melihat fenomena saat ini, salah satunya banyak penjahat
berkerah putih ataupun koruptor yang terlihat sangat baik dan simpatik.
Disinilah fenomena yang sangat berbahaya dari perkembagan
kecerdasan manusia yang tidak terkontrol. Mereka adalah orang-orang dengan
kemampuan IQ, dan EQ yang sangat baik. Para penjahat ini menggunakan IQ mereka
sebagai pengendali atau logika perhitungan yang secara matematis dan sistematis
dalam merebut ambisi-ambisi mereka dengan dikemas kecerdasan EQ, sehingga
banyak orang yang menyangka sebagai orang baik-baik,sopan, santun, dan simpatik
ternyata adalah seorang penjahat kelas kakap. Mereka mempraktekan ilmu
kecerdasan emosional untuk merebut simpati orang-orang disekitarnya, agar terus
tersamar dengan citra-citra baik yang mereka bangun.
Oleh karena itu, masih dibutuhkan satu kecerdasan lagi untuk
membuat hidup ini lebih bermakna, yaitu kecerdasan spiritual (SQ). Kecerdasan
spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan ia dapat
menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan
yang lebih besar dan sesama makhluk hidup, karena merasa sebagai bagian dari
keseluruhan alam semesta.
Kecerdasan spiritual mewakili kerinduan akan makna dan
hubungan dengan yang tak terbatas, sang pencipta alam semesta. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual akan membuat
hidupnya lebih bermakna, lebih berarti baik bagi dirinya sendiri maupun
lingkungan sekitarnya. Dia akan menjadi bijak, melihat persoalan dari dua sisi,
yaitu sisi dunia dan sisi akhirat. Dalam Islam hal, manusia yang cerdas adalah
manusia yang ingat akan kematianya. Kecerdasan spiritual ini lah yang menyebabkan
seseorang mempunyai kontrol yang baik, merasa dirinya selalu diawasi, meyakini
bahwa setiap amal dan perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban kelak di
akhirat. Hal ini menyebabkan dia dalam mengerjakan segala sesuatu
selalu ikhlash, tulus dan profesional. Kecerdasan spiritual menyebabkan
seseorang tidak mudah putus asa menghadapi permasalahan kehidupan dan memiliki
daya tahan serta daya juang yang tinggi. Inilah alasan mengapa sekaarng banyak
perusahaan raksasa yang mengadakan pelatihan spiritual bagi para karyawannya.
Sebaik-baiknya manusia adalah dia yang bermanfaat bagi orang
lain atau lingkungan sekitar karena biasanya sosok yang seperti ini telah dapat
mensinergikan IQ, EQ, dan SQ dalam dirinya dengan baik. Sehingga bisa menjadi
pribadi yang cerdas, sopan, ramah, simpatik, bijak, dan tidak mudah berputus
asa dengan memiliki prinsip-prinsip dasar yang kuat.
Pranala --> DEFINISI CERDAS, PINTAR DAN JENIUS
BalasHapus