Penilaian Baik dan Buruk
Penilaian baik dan
buruk hanya sebatas penilaian secara umum, dikarenakan perbedaan terhadapa
suatu hal menjadi sangat relatif, hal ini karena setiap individu memiliki
perbedaan secara prinsip dan juga perbedaan secara berfikir.
Ajaran Agama
Menurut
paham ini penilaian yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dengan
perintah Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai
dengan perintah (larangan) Tuhan. Dalam
paham ini keyakinan Teologis yakni keimanan kepada Tuhan sangat memegang
peranan penting, karena tidak mungkin orang mau berbuat sesuai dengan kehendak
Tuhan, jika yang bersangkutan tidak beriman kepada-Nya, dan masing-masing agama
memiliki tolak ukur baik dan buruk yang berbeda-beda.
Adat
Istiadat
Adat
istiadat yang berlaku dan dipegang teguh dalam kelompok ataupun masyarakat
tertentu menjadi salah satu ukuran baik dan buruk anggotanya dalam berperilaku.
Pihak yang mengikuti perilaku atau kebiasan dinilai baik, dan Melakukan sesuatu
yang tidak menjadi kebiasaan masyarakat sekitarnya ataupun kelompoknya akan dianggap
buruk. Masing – masing kelompok atau masyarakat tertentu memiliki batasan –
batasan tersendiri tentang hal – hal yang harus diikuti dan yang harus
dihindari. Sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat satu belum tentu demikian
menurut masyarakat yang lain. Mereka akan mendidik dan mengajarkan anak-anak
mereka untuk melakukan kebiasaan–kebiasaan yang mereka anggap baik dan melarang
melakukan sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan mereka, dan orang yang menentang
dan tidak mengikuti adat istiadat dipandang buruk, dan kalau perlu dihukum
secara adat.
Kebahagiaan
Aliran
hedonisme adalah aliran filsafat yang terhitung tua, karena berakar pada
pemikiran filsafat Yunani, khusunya pemikiran filsafat Epicurus (341-270 SM), yang
selanjutnya dikembangkan oleh Cyrenics sebagaimana telah diuraikan. Pada
pandangan faham ini perbuatan yang baik adalah perbuatan yang banyak
mendatangkan kelezatan, kenikmatan dan kepuasan nafsu biologis.
Aliran
ini tidak mengatakan bahwa semua perbuatan mengandung kelezatan, melainkan ada
juga yang mendatangkan kepedihan, dan apabila ia disuruh memilih manakah
perbuatan yang harus dilakukan, maka ynga dilakukan adalah yang mendatangkan
kelezatan. Epicurus sebagai peletak dasar paham ini mengatakan bahwa
kebahagiaan atau kelezatan itu adalah adalah tujuan manusia. Tidak ada kebaikan
dalam hidup selain kelezatan dan tidak ada keburukan kecuali penderitaan.
Namun
demikian Epicurus lebih mementingkan kelezatan akal dan rohani ketimbang
kelezatan badan, karena badan itu terasa dengan lezat dan derita selama adanya
kelezatan dan penderitaan itu saja. Akal dan rohani dapat merancang dan
merencanakan kelezatan. Oleh karena itu kelezatan akal dan rohani itu lebih
lama dan lebih kekal daripada kelezatan badan. Dengan demikian pandangan aliran
hedonism tentang kelezatan ini sifatnya masih bercorak ilmiah dan
intelektualistik. Pada tahap selanjutnya paham hedonisme ini ada yang bercorak
individual dan universal. Corak pertama berpendapat bahwa yang dipentingkan
terlebih dahulu adalah mencari sebesar-besranya kelezatan dan kepuasan untuk
diri sendiri dan segenap upaya yang dilakukan untuk mencapainya. Corak kedua
(universalistis hedonisme) memandang bahwa perbuatan baik itu adalah yang mengutamakan
mencari kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk sesame manusia, bahkan segala
makhluk yang berperasaan. Namun secara sempit kebahagiaan menurut masing-masing
individu adalah ketika suatu tujuan atau keinginan nya tercapai, tidak peduli
dengan pandangan pihak lain, sekali pun baik untuk nya namun tidak untuk yang
lain.
Bisikan
hati (Intuisme)
Instuisi
adalah kekeuatan batin yang dapat menentukan sesuatu sebagai baik atau buruk
dengan sekilas tanpa melihat buah dan akibatnya. Kekuatan batin disebut juga
sebagai kata hati adalah potensi rohaniah secara fitrah telah ada pada diri
setiap orang. Paham ini berpendapat bahwa setiap manusia mempunyai kekuatan
insting batin yang dapat membedakan baik dan buruk dengan sekilas pandang. Kekuatan
batin ini adalah kekuatan yang telah ada dalam jiwa manusia, tidak terambil
dari keadaan diluarnya. Kita diberi kemampuan untuk membedakan yang baik dan
yang buruk, sebagaimana kita diberi mata untuk melihat dan diberi telinga untuk
mendengar
Menurut
paham ini perbuatan yang baik adalah perbuatan yang sesuai dengan penilaian
yang diberikan oleh hati nurani atau kekuatan batin yang ada dalam dirinya. Dan
sebaliknya perbuatan buruk adalah perbuatan yang menurut hati nurani atau kekuatan
batin dipandang buruk.
Pragmatisme
Menurut
amutiara aliran ini menititkberatkan pada hal-hal yang berguna dari diri
sendiri baik yang bersifat moral maupun material. Yang menjadi titik beratnya
adalah pengalaman, oleh karena itu penganut faham ini tidak mengenal istilah
kebenaran sebab kebenaran bersifat abstrak dan tidak akan diperoleh dalam dunia
empiris.
Evolusi
Herbert
Spencer ( 1820 – 1903 ) salah seorang ahli filsafat Inggris yang berpendapat
evolusi ini mengatakan bahwa perbuatan akhlak itu tumbuh secara sederhana,
kemudian berangsur-angsur meningkat sedikit demi sedikit berjalan kea rah
cita-cita yang dianggap sebagai tujuan. Tampaknya bahwa Spencer menjadikan
ukuran perbuatan manusia itu ialah mengubah diri sesuai dengan keadaan yang
mengelilinginya. Dalam sejarah paham evolusi, Darwin (1809–1882) adalah seorang
ahli pengetahuan yang paling banyak mengemukakan teorinya. Dia memberikan
penjelasan tentang paham ini dalam bukunya The Origin of species. Dikatakan
bahwa perkembangan ala mini didasari oleh ketentuan-ketentuan berikut :
- Ketentuan alam (selection ao nature)
- Perjuangan hidup (straggle for life)
- Kekal bagi yang lebih pantas (survival for the fit test)
Yang
dimaksud dengan ketentuan alam adalah bahwa alam ini menyaring segala yang
maujud (ada). Berdasarkan ciri-ciri hukum alam yang terus berkembang ini
dipergunakan untuk menentukan baik dan buruk.
Utilitarianisme
Aliran
ini menitikberatkan utilitas atau hasil yang diharapkan dari keputusan untuk
menentukan apa yang "benar" untuk dilakukan, didasarkan pada
konsekuensi atau hasil yang diperkirakan dari sebuah keputusan. Konsekuensi
dari sebuah keputusan dipakai untuk mengukur kelayakan moral suatu tindakan,
sehingga prinsip etikanya didefinisikan berdasarkan konsekuensi atau hasil yang
diharapkan.
Marxisme
Marxisme
adalah sebuah ideologi yang mengikuti dari pandangan dari Karl Marx. Marx
menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem
sosial, dan sistem politik . Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis.
Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta
penerapannya pada kehidupan sosial.
Marxisme merupakan dasar teori komunisme modern. Teori ini tertuang
dalam buku Manisfesto Komunis yang dibuat oleh Marx dan Friedrich Engels.
Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap
bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Berdasarkan
data pada scribd istilah “Dialectical Materialsme” yaitu segala sesuatu yang
ada dikuasai oleh keadaan material dan keadaan material pun juga harus
mengikuti jalan dialektikal itu. Aliran ini memegang motto “segala sesuatu
jalan dapatlah dibenarkan asalkan saja jalan dapat ditempuh untuk mencapai
sesuatu tujuan”. Jadi apapun dapat dipandang baik asalkan dapat
menyampaikan/menghantar kepada tujuan.
Eudaemonisme
Eudaemonisme
adalah pandangan hidup yang menganggap kebahagiaan sebagai tujuan segala
tindakan manusia. Dalam eudaemonisme, kebahagiaan yang dimaksud bukan hanya
terbatas kepada perasaan subjektif seperti senang atau gembira sebagai aspek
emosional, melainkan lebih mendalam dan objektif menyangkut pengembangan
seluruh aspek kemanusiaan suatu individu. Dengan demikian, eudaemonisme juga
sering disebut etika pengembangan diri atau kesempurnaan hidup. Menurut
Aristoteles, untuk mencapai eudaemonia ini diperlukan 4 hal, yaitu:
- Kesehatan, Kebebasan, Kemerdekaan, Kekayaan dan Kekuasaan
- Kemauan
- Perbuatan Baik
- Pengetahuan Batiniah
Komunisme
Sumber
yang diperoleh dari erabaru komunis mempropagandakan bahwa manusia pasti akan
menang melawan langit. Komunis mengekang sifat hakiki manusia yang baik dan
jujur, sebaliknya mereka menghasut, membiarkan dan memanfaatkan sifat jahat
manusia untuk memperkuat kekuasaannya. Komunis secara sistematik telah merusak
hampir semua pengertian umum tentang moral yang ada di alam semesta ini.
Sedangkan data yang ada pada kaum kapitalis memandang kebebasan adalah suatu
kebutuhan bagi individu untuk menciptakan keserasian antara dirinya dan
masyarakat. Sebab kebebasan itu adalah suatu kekuatan pendorong bagi produksi
karena ia benar-benar menjadi hak manusia yang menggambarkan kehormatan
kemanusiaan.
Sumber
dan Referensi :
Komentar
Posting Komentar